Kamis, 04-12-2025
  • Selamat datang di Sekolah Tinggi Teologi Katharos Indonesia Jl. Raya Cut Mutiah No. 44, Cut Mutiah Plaza Blok A3 No. 4-5 Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113. Telp. 021-88357173.

Menstimulasi Pertumbuhan Gereja di Era Digital: Sebuah Adaptasi Pelayanan dalam Konteks Posmodern

Diterbitkan : - Kategori : Jurnal

Adolf Bastian Butarbutar

Sekolah Tinggi Teologi Katharos, Bekasi, Jawa Barat   Correspondence: adolfbastianbb@gmail.com

 

Abstract: In today’s digital era, it is undeniable that the church faces new challenges and opportunities that demand the church’s role to adapt to pastoral care and congregational growth. Rapid technological advancements require churches to integrate digital platforms to reach and serve congregations, which are now increasingly connected online. This research explores and describes how churches can adapt their ministries in the postmodern context to achieve sustainable quantitative growth of qualitative funds. Using a descriptive qualitative method with desk research and interviews with several churches that have successfully leveraged digital technology, this study analyses the strategies implemented, including the use of social media, streaming worship, and digital platforms for spiritual activities. The research concludes that churches need to change the church growth paradigm in the digital era because churches that integrate technology with their spiritual mission vision succeed in maintaining existing congregations and expanding their reach with digital media to a broader community. However, this must align with the adaptation of church services in the digital era, which requires a holistic approach, where technology is not just a tool but an integral part of the church’s growth and mission strategy in responding to the needs of today’s congregation.

 

Keywords: church growth; digital church ministry; digital era; post-modernity

 

Abstrak: Di era digital, dewasa ini tidak dipungkiri bahwa gereja menghadapi tantangan dan peluang baru yang menuntut adanya peran gereja beradaptasi dalam pelayanan pastoral dan pertumbuhan jemaat. Kemajuan teknologi yang pesat mengharuskan gereja untuk mengintegrasikan platform digital guna menjangkau dan melayani jemaat, yang kini semakin terhubung secara online. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan bagaimana gereja dapat mengadaptasi pelayanan mereka dalam konteks posmodern untuk mencapai pertumbuhan kuantitaif dana kualitatif yang berkelanjutan. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan studi pustaka dan wawancara pada beberapa gereja yang berhasil memanfaatkan teknologi digital, penelitian ini menganalisis strategi yang diterapkan, termasuk penggunaan media sosial, streaming ibadah, dan platform digital untuk kegiatan rohani. Hasil kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa gereja perlu memperbaharuhi paradigma pertumbuhan gereja di era digital, sebab gereja yang mampu mengintegrasikan teknologi dengan visi rohani mereka tidak hanya berhasil mempertahankan jemaat yang ada tetapi juga memperluas jangkauan gereja dengan media digital kepada komunitas yang lebih luas. Namun hal itu harus selaras dengan adaptasi pelayanan gereja dalam era digital yang memang memerlukan pendekatan yang holistik, di mana teknologi bukan sekadar alat, tetapi bagian integral dari strategi pertumbuhan dan misi gereja dalam menjawab kebutuhan jemaat di masa kini.

 

Kata Kunci: era digital; pertumbuhan gereja; pelayanan digital gereja; posmodern

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi internet dan digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam praktik keagamaan dan pelayanan gereja. Hal itu memaksa manusia untuk menggunakan teknologi dalam berkomunikasi, berbisnis, dan kegiatan lainnya.[1]Di era, di mana internet dan media sosial menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, manusia tidak lagi dapat hidup dalam keterasingan teknologi, termasuk bergereja; karena sejatinya media sosial digital sangat memiliki implikasi mendalam terhadap pelayanan gereja di era posdigital saat ini. Oleh seb[2]ab itu, gereja dituntut untuk mampu memaksimalkan pelayanan digitalnya dalam menstimulasi pertumbuhan gereja. Gereja secara sadar menghadapi tantangan dan rintangan, baik internal maupun eksternal untuk tetap relevan dan efektif dalam memenuhi kebutuhan spiritual jemaatnya di era kemajuan teknologi informasi sekarang ini.

 

Teknologi digital selain dapat menjadi fasilitas, namun juga sekaligus dapat menjadi sebuah tantangan besar bagi gereja.[3] Hal itu bila dilihat dari adanya pergeseran dari interaksi tatap muka ke dunia digital mengharuskan gereja untuk mengadopsi pendekatan baru dalam pelayanannya, tanpa mengorbankan nilai-nilai spiritual yang mendasar. Dan tentunya ini merupakan perubahan yang terjadi dalam masyarakat secara natural dan dapat diikuti, yang akhirnya menuntut perubahan dalam cara melakukan pelayanan pastoral.[4] Sebab gereja sebagai perpanjangan tangan Tuhan dalam menyatakan kasih dan kuasa-Nya kepada manusia perlu menyediakan fasilitas yang baik terkait penginjilan dan pelayanan pastoral yang konsisten bagi jemaat yang ada di dalamnya, agar jemaat dapat bertambah secara kuantitatif dan kualitatif rohani dan jumlah jiwanya.[5] Tentunya gereja dapat mengadaptasi pelayanan mereka dalam konteks posmodern untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, baik dalam hal jumlah jemaat maupun kedalaman iman.

Kajian terkait pelayanan digital gereja telah mendapat perhatian banyak peneliti, [6]terutama memasuki masa pandemi beberapa tahun lalu. Sepertinya teolog sedang diarahkan pada satu fokus kajian tentang gereja, seperti gereja digital atau virtual[7], sehingga cenderung mengulang diskusi yang sama dalam beberapa publikasi. Beberapa kajian mencoba mengembangkan diskursus gereja atau pelayanan berbasis digitalisasi dengan variabel peningkatan iman dan kepemimpinan penggembalaan. Era digital yang mengakibatkan meningkatnya disrupsi menjadi topik yang dikaitkan dengan pelayanan digital gereja, seperti yang dilakukan oleh Sugiono dan Mesirawati Waruwu.[8] Mereka membahas bagiamana melalui fenomena disrupsi ini diperlukan sebuah peran dan tanggung jawab yang dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan bergereja, khususnya kehidupan pemimpin serta jemaat dalam menghadapi ekses negatif akibat disrupsi teknologi. Sementara itu, Yamotani Waruwu dan Kornelius Gulo melihat bahwa pertumbuhan gereja di era posmodern merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, dengan peran hamba Tuhan sebagai salah satu elemen kunci.[9] Meskipun pengaruh Roh Kudus tetap menjadi fondasi spiritual, penelitian terkini menunjukkan bahwa efektivitas hamba Tuhan dalam konteks posmodern sangat memengaruhi dinamika pertumbuhan gereja. Waruwu menyimpulkan bahwa Hamba Tuhan memiliki peran yang sangat krusial dalam pertumbuhan gereja masa kini melalui kepemimpinan spiritual, pengajaran alkitabiah, dan pelayanan pastoral.

Artikel ini bertujuan untuk memperlihatkan adanya sebuah fase adaptasi teknologi digital yang dilakukan gereja, yang mampu menstimulasi pertumbuhan gereja lokal. Artikel ini menawarkan sebuah perspektif pertumbuhan yang tidak sekadar menambahkan bilangan atau jumlah, namun juga berimplikasi pada peningkatan resiliensi iman umat yang dilayani. Penelitian ini sangat penting mengingat semakin meingkatnya pengaruh dan ekses negatif revolusi digital yang juga ikut memengaruhi masyarakat gereja.[10] Gereja diharapkan tetap bertumbuh, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga kehadiran teknologi digital akan terasa manfaatnya bagi manusia dan juga gereja.

 

METODE

Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan pendekatan studi literatur yang terhubung dalam penelitian terkait peran pelayanan gereja.[11] Dari temuan data yang memiliki kaitan dengan era digital dan pertumbuhan gereja sebagai upaya besar kekristenan untuk mengadaptasi pelayanan dalam konteks posmodern di era yang serba digital digali dari berbagai sumber dan teori dari literature, Alkitab maupun buku-buku dengan topik dan pembahasan yang similar dan yang relevan dalam penelitian ini. Selanjutnya temuan tersebut diinvertarisasi dan dinarasikan baik berupa analisa teks, data, makna maupun konteksnya. Dengan menggunakan norma penilaian Alkitab sebagai sumber primer dalam mendeskripsikan kajian ini. Penulis juga memasukkan teori dan kajian literatur pustaka terbaru serta menggunakan berbagai artikel-artikel dari jurnal untuk menambah khazanah teologi dalam pertumbuhan gereja di penelitian pustaka ini, supaya mampu memberikan pemahaman bahwa kekristenan dan era digital adalah point penting dalam pertumbuhan gereja dan pengutan spritual iman rohani jemaat.

 

PEMBAHASAN

Memperbaharuhi Paradigma Pertumbuhan Gereja Di Era Digital

Di era digital yang sangat pesat dan canggih dan yang mengubah budaya manusia dewasa ini, gereja dihadapkan pada tantangan dan banyaknya persoalan dalam pastoral dan pertumbuhan gereja juga adanya peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk meningkatkan pertumbuhan spritual dan jemaat secara kuantitatif. Tantangan rumit yang dihadapi oleh gereja dan kepemimpinannya dalam konteks saat ini, ditandai dengan kompleksitas perbedaan generasi di tengah kondisi sosial yang terus berkembang, kemajuan teknologi, dan nilai budaya yang dinamis. Dengan fokus pada dampak era digital terhadap gaya hidup rohani generasi digital yang memang harus dipupuk untuk maju secara rohani.[12] Memang teknologi canggih saat ini yang mudah didapakan telah mengubah cara orang berkomunikasi, belajar, dan bekerja, menciptakan perubahan signifikan dalam interaksi sosial dan spiritual. Oleh karena itu, gereja harus memperbaharui paradigma pertumbuhan gereja untuk tetap relevan dan efektif dalam melayani jemaat.

Adanya perkembangan teknologi digital telah memberikan peluang baru dan tantangan dalam upaya pewartaan Injil. Melalui media sosial, website, dan platform online lainnya, pewarta Injil dapat mencapai audiens yang lebih luas dan berkomunikasi secara langsung dengan individu atau kelompok. Sebab memberitakan Injil bagi seluruh makluk hidup dapat menjangkau manusia milenial di era ini adalah tugas gereja dan kekristenan.[13] Namun, pada kenyataannya tidak semua pewarta Injil atau gereja memiliki kemampuan untuk memanfaatkan teknologi dengan efektif untuk mendapatkan jiwa-jiwa baru dalam penginjilan.[14] Maka dari itu, di era digital yang pesat dan canggih ini, gereja diperhadapkan pada tantangan dan peluang unik dalam pelayanan pastoral dan pertumbuhan jemaat, khususnya dalam menjangkau generasi digital yang terpengaruh oleh perubahan sosial dan teknologi. Meskipun teknologi membuka pintu untuk pewartaan Injil yang lebih luas, tidak semua gereja mampu memanfaatkan peluang ini secara efektif untuk pertumbuhan spiritual dan penginjilan.  Paradigma atau hal pengertian manusia yang melihat secara tradisional dari pertumbuhan gereja sering kali berfokus pada kehadiran fisik atau kehadiran dalam ruang publik yang nyata di gedung gereja dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara tatap muka. Namun, di era digital, pendekatan ini perlu diperluas. Sebab Perilaku ibadah yang selama ini terbatasi oleh ruang dan waktu, dan itu telah dijadikan standar baku keimanan seseorang, sekarang tidak lagi demikian.[15] Dan sejatinya dengan adanya kemajuan ini paradigm gereja juga ikut mengalir dan masuk sehingga gereja harus melihat kehadiran digital sebagai bagian integral dari pelayanannya. Dengan memanfaatkan platform media sosial, situs web, dan aplikasi, gereja dapat menjangkau lebih banyak orang yang mungkin tidak dapat menghadiri kebaktian secara langsung karena keterbatasan geografis, kesehatan, atau kesibukan. Dan faktanya bahwa gereja sebagai komunitas beriman yang mengembara, yang berdimensi spasial sekaligus temporal tidak pernah sepi dari tantangan yang berasal dari konteks di mana ia ada dan berteologi. Kemajuan di bidang teknologi-informasi, pengaruh media sosial tak luput dari area di mana gereja juga harus berurusan dan mengambil peran sebagai garam dan terang.[16] Dengan demikian paradigma tradisional pertumbuhan gereja yang berfokus pada kehadiran fisik dan kegiatan tatap muka perlu diperluas di era digital, di mana ibadah tidak lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Gereja harus memanfaatkan kehadiran digital sebagai bagian integral dari pelayanannya, menjangkau lebih banyak orang melalui platform media

sosial, situs web, dan aplikasi, sambil tetap menghadapi tantangan konteks sosial dan teknologi sebagai komunitas beriman yang berperan sebagai garam dan terang.

Persoalan yang dinarasikan diatas membuat gereja seharusnya mampu menghadirkan kemampuan untuk beradptasi dan menaklukan tantangan era digital bagi gereja dengan harus berfokus pada pengembangan konten digital yang berkualitas tinggi. Memang gereja dengan kepemimpiananharus berani membangun diri berkualitas Ilahi menjadi kunci pokok para pemimpin gereja di masa kini. dalam menjalankan tugas kepemimpinan di era digital dengan kemampuan literasi digital.[17] Sehingga gereja mampu menghasilkan konten yang mencakup streaming dalam ibadah secara online, menghadirkan kesaksian iman dengan podcast, artikel yang dinyatakan lewat mesenger, video pengajaran, dan program-program interaktif lainnya yang dapat diakses oleh jemaat kapan saja dan di mana saja. Memang hal itu harus dilakukan oleh gereja gereja untuk menjadi wadah sekaligus penggerak dalam memulai suatu usaha dengan cara terus update dan upgrade kemampuan untuk berani melakukan perubahan yang lebih besar. [18]Sebab kesempatan ayau peluang di mana gereja memiliki cara pandang baru dalam memandang realitas Allah yang transenden. Ketimbang melihat realitas pemanfaatan media sosial dengan segala ancamannya, sudah waktunya gereja memberikan manfaat baru bagi pembangunan komunikasi, komunitas dan pemuridan.[19] Dengan demikian gereja perlu mengembangkan kemampuan adaptasi dan literasi digital untuk menghasilkan konten berkualitas tinggi yang mencakup berbagai media, guna memperluas jangkauan pelayanan dan memanfaatkan peluang di era digital untuk membangun komunikasi, komunitas, dan pemuridan yang lebih efektif.

Mampu Mengintegrasikan Teknologi dengan Visi Rohani

Gereja yang mampu mengintegrasikan teknologi dengan visi rohani akan menjadi relevan dan efektif di era digital ini. Sejalan itu gereja perlu memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk melakukan pelayanan misi di era digital dengan membina influencer  rohani dan mempertahankan pola komunikasi Kristen yang mudah diakses dan dipahami di platform  digital.[20]

Dengan kemajuan teknologi yang pesat, gereja tidak hanya ditantang untuk beradaptasi, tetapi juga memanfaatkan peluang yang ada untuk memperluas jangkauan pelayanan dan memperdalam dampak spiritualnya. Hal itu bertujuan dalam penggunaan teknologi diwajibkan untuk selaras dengan menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral sehingga mereka tidak terjerumus dalam arus perkembangan kejahatan era digital.[21] Gereja yang mengintegrasikan antara teknologi dan gereja bukan hanya tentang menggunakan perangkat digital atau platform media sosial, tetapi juga tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memperkuat visi dan misi gereja. Memang tidak dipungkiri bahwa adanya situasi yang berubah membutuhkan perspektif dan praktik transformatif agar gereja tidak kehilangan spiritualitas dan misi Tuhan dalam konteks bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ini berarti menciptakan konten yang tidak hanya informatif, tetapi juga transformatif, yang menginspirasi dan membangun iman jemaat. Hal ini membuktikan bahwa teknologi informasi di era digital sekarang ini merupakan kebutuhan yang penting khususnya pada Gereja.[22] Dengan demikian gereja perlu mengintegrasikan teknologi dengan visi rohani, membina influencer rohani, dan menciptakan konten transformatif yang selaras dengan nilainilai moral untuk tetap relevan dan efektif dalam pelayanan di era digital.

Gereja yang berani mengadopsi teknologi juga dapat membangun komunitas yang lebih kuat sebab gereja sebagai tempat bersekutu orang-orang percaya memiliki tanggung jawab untuk menciptakan, memelihara dan mengembangkan hubungan koinonia yang dapat membawa pada pertumbuhan gereja.[23] Membangun komunikasi tersebut dapat melalui program-program interaktif, seperti kelompok kecil dalam ruang publik digital atau virtual atau juga bisa diskusi online yang memungkinkan jemaat saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain, melalui aplikasi zoom, google mate dll, meskipun berada di lokasi yang berbeda. Selain itu, dengan memanfaatkan media sosial, gereja dapat menyampaikan kesaksian iman, berbagi artikel yang mencerahkan, dan memfasilitasi percakapan yang bermakna tentang isu-isu spiritual dan moral. Media sosial yang telah dilakukan dapat menjalin hubungan dengan jemaat karena gereja menyajikan semua informasi dengan lengkap dengan menggunakan desain yang menarik, dan jelas dalam informasi yang disampaikan serta upaya mengatasi hambatan yang terjadi pada jemaat.[24] Maka itu gereja yang berani mengadopsi teknologi dapat membangun komunitas yang kuat dengan

memanfaatkan program interaktif dan media sosial untuk memelihara relasi koinonia, menyampai-kan informasi yang jelas, serta mengatasi hambatan dalam pelayanan meskipun berada di lokasi berbeda.

 

Aktualisasi Pelayanan Digital Gereja: Penjangkauan Komunitas yang Lebih Luas

Aktualisasi kekristenan dan gereja melalui media digital membuka peluang besar untuk menjangkau komunitas yang lebih luas dan beragam. Aktualisasi tersebut merupakan perkembangan yang terjadi dari respon dunia saat ini mengarah ke dunia digital sebaiknya para pemimpin gembala dan kekristenan juga mau menyediakan waktu untuk belajar dan memanfaatkan media digital dengan bijak sehingga jangkauan untuk menyebarkan menjadi lebih luas.[25] Sebab dalam era digital ini, batasan geografis tidak lagi menjadi hambatan bagi gereja untuk menyebarkan pesan dari nilai-nilai dan ajaran iman serta nilai-nilai spiritualnya. Oleh karena aktaulisasi tersebut menggunakan media digital yang sangat memungkinkan gereja untuk hadir di tengah-tengah masyarakat global dewasa ini, membawa pesan untuk menjangkau orang demi pertumbuhan gereja dan memberikan pelayanan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Pertumbuhan gereja dengan berani memanfaatkan berbagai platform digital, seperti media sosial, streaming ibadah, podcast, dan video pengajaran, untuk menyebarkan ajaran-ajaran kristiani dan memperkuat iman jemaat harus dimaksimalkan. Maka dari itu, aktualisasi kekristenan dan gereja melalui media digital memungkinkan pemimpin gereja untuk menyebarkan ajaran iman secara lebih luas dan efektif, menjangkau komunitas global tanpa batasan ruang dan waktu, dengan memanfaatkan berbagai platform digital.

Melalui platform online, gereja memiliki kesempatan untuk mengadakan kelompok kecil, kelas Alkitab, dan diskusi yang dapat diikuti oleh jemaat dari berbagai lokasi, menciptakan lingkungan yang mendukung di mana hubungan antarjemaat dapat diperkuat. Partisipasi dalam kegiatan ini memungkinkan jemaat untuk saling berbagi pengalaman, memberikan dukungan satu sama lain, dan bersama-sama bertumbuh dalam iman. Dengan demikian, gereja dapat membangun komunitas yang lebih erat dan inklusif, meskipun mereka terpisah secara fisik, tetap bersatu dalam tujuan dan visi spiritual. Namun, untuk dapat menjangkau komunitas yang lebih luas dengan efektif, gereja perlu memastikan bahwa semua konten dan interaksi di media digital selaras dengan nilai-nilai Kristen. Sebab peran orang percaya dalam aktualisasi Injil di era digital sangat dinanti dan menjadi jawaban pasti mereka yang terhubung dengan kemajuan teknologi dan informatika.25 Dan juga selaras dengan memanfaatkan teknologi digital secara bijaksana, gereja dapat memperluas dampak pelayanannya, menjangkau lebih banyak orang, dan membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan, sekaligus menjaga relevansi dan efektivitas gereja dalam dunia yang terus berubah.

Gereja yang berhasil pada era posdigital adalah mereka yang mampu mengaktualisasikan dirinya, melihat teknologi bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai sarana untuk memperkaya pengalaman spiritual jemaat dan juga sebagai misi membangun jemaat untuk terus bertumbuh, dengan kemampuannya menyusun konten digital yang relevan dan menarik juga dilaporkan mengalami peningkatan partisipasi jemaat, baik secara online maupun offline. Ini juga berbicara mempertimbangkan bagaimana teknologi tersebut dapat mendukung misi spiritual mereka dalam membimbing jemaat menuju kedewasaan iman. Dengan adaptasi yang tepat, era digital dapat menjadi pendorong signifikan bagi pertumbudan gereja di masa depan. Selain itu, gereja perlu mendukung jemaatnya dalam memahami dan menggunakan teknologi secara bijak. Ini bisa dilakukan melalui program pelatihan atau bimbingan mengenai literasi digital dan etika penggunaan media sosial. Dengan memberikan panduan ini, gereja dapat membantu jemaat untuk menghindari dampak negatif teknologi sambil memanfaatkan kelebihannya untuk pertumbuhan rohani.

 

KESIMPULAN

Gereja di era digital harus mampu beradaptasi dan mengaktualisasi diri dengan memanfaatkan teknologi untuk memperluas jangkauan pelayanan dan sekaligus memperkuat iman jemaat. Hal ini mencakup pengembangan konten digital berkualitas, penggunaan media sosial dan platform online untuk kegiatan rohani, serta mengintegrasikan teknologi dengan visi rohani gereja. Dengan langkah ini, gereja dapat menjangkau komunitas yang lebih luas, membangun hubungan antarjemaat yang lebih erat, dan mendukung pertumbuhan spiritual di tengah perubahan sosial dan teknologi yang pesat. Adaptasi ini penting agar gereja tetap relevan, efektif, dan mampu menjadi pendorong pertumbuhan rohani di masa depan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja perlu memperbaharuhi paradigma pertumbuhan gereja di era digital, sebab gereja yang mampu mengintegrasikan teknologi dengan visi rohani mereka, tidak hanya berhasil mempertahankan jemaat yang ada tetapi juga memperluas jangkauan gereja dengan media digital kepada komunitas yang lebih luas. Namun hal itu harus selaras dengan adaptasi pelayanan gereja dalam era digital yang memang memerlukan pendekatan yang holistik, di mana teknologi bukan sekadar alat, tetapi bagian integral dari strategi pertumbuhan dan misi gereja dalam menjawab kebutuhan jemaat di masa kini.

 

 

REFERENSI

Afandi, Yahya. “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi ‘Digital Ecclesiology.’” FIDEI:

Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika 1, no. 2 (2018): 270–83.

———. “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi ‘Digital Ecclesiology.’” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika 1, no. 2 (2018): 270–83.

https://doi.org/10.34081/fidei.v1i2.12.

Arifianto, Yonatan Alex, Carolina Etnasari Anjaya, and Andreas Joswanto. “Kajian Teologis Atas Konsep Otoritas Dalam Matius 25:14-30 Dan Refleksinya Bagi Kepemimpinan Gereja Era Digital.” CHARISTHEO: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 2, no. 2 (2023): 167–80. https://doi.org/10.54592/jct.v2i2.114.

Arifianto, Yonatan Alex, Aji Suseno, and Paul Kristiyono. “Aktualisasi Misi Dalam Pluralisme Agama-Agama Di Era Disrupsi.” Xairete: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 (2021): 1–14.

http://sttkai.ac.id/ejournal/index.php/xairete/article/view/1.

Baskoro, Paulus Kunto, and Yonatan Alex Arifianto. “Pentingnya Komunitas Sel Dalam  Pertumbuhan Gereja: Sebuah Permodelan Dalam Kisah Para Rasul.” MAGNUM OPUS:

Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan Kristen 2, no. 2 (2021): 86–98.

https://doi.org/10.52220/magnum.v2i2.87.

Berhitu, Reinhard. “Peran Gereja Dalam Aktualisasi Amanat Agung Bagi Msyarakat Di Era Dunia Digital.” Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen) 4, no. 2 (2022): 204–12. https://doi.org/10.59177/veritas.v4i2.158.

Dwiraharjo, Susanto. “Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online Di Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani EPIGRAPHE 4, no. 1 (2020): 17.

Gaol, Rumondang Lumban, and Resmi Hutasoit. “Media Sosial Sebagai Ruang Sakral:  Gereja Yang Bertransformasi Bagi Perkembangan Spiritualitas Generasi Z Dalam Era Digital.” KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi 7, no. 1 (June 2021): 146–72.

https://doi.org/10.37196/KENOSIS.V1I1.284.

Hardiman, F. Budi. “Manusia dalam prahara revolusi digital.” Diskursus-Jurnal Filsafat Dan Teologi Stf Driyarkara 17, no. 2 (2018): 177-192.

Hendarwin, Frimus Kennedy, and Yugih Setyanto. “Media Sosial Sebagai Penjalin Hubungan Antara Gereja Dan Jemaat.” Kiwari, 2023.

https://doi.org/10.24912/ki.v2i3.25892.

Hia, Yeremia, and Elfin Warnius Waruwu. “Dampak Teknologi Digital Terhadap Pewartaan Injil Dalam Konteks Menggereja.” Phronesis: Jurnal Teologi Dan Misi 6, no. 2 (2023): 178– 92. https://doi.org/10.47457/phr.v6i2.395.

Irpan. “Tugas Gembala Pada Gereja Virtual Reality.” : Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen,

Joseph, Priscillia Diane Joy, and Fredik Melkias Boiliu. “Peran Pendidikan Agama Kristen Dalam Penggunaan Teknologi Pada Anak.” Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan 3, no. 4 (2021): 2037–45. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i4.1115.

Latif, Helen Farida, J. Musa Tannia Pangkey, Dessy Handayani, and Nurnilam Sarumaha. “Digitalisasi Sebagai Fasilitas Dan Tantangan Modernisasi Pelayanan Penggembalaan Di Era Pasca-Pandemi: Refleksi Teologi Kisah Para Rasul 20:28.” KHARISMATA:

Jurnal Teologi Pantekosta 4, no. 2 (2022): 296–311.  https://doi.org/10.47167/kharis.v4i2.132.

Margareta, Margareta, and Romi Lie. “Pelayanan Misi Kontekstual Di Era Masyarakat Digital.” Jurnal Ilmu Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 4, no. 1 (2023): 44.

https://doi.org/10.25278/jitpk.v4i1.842.

Matatula, Frengklin, and Michael Jhonsons. “Penerapan Liturgy Berbasis Online Di Gereja Kalimantan Evangelis Jemaat Yerusalem Palangkaraya Menggunakan Metode Cobit.” INFOTECH: Jurnal Informatika & Teknologi 1, no. 2 (2020): 87–96.

https://doi.org/10.37373/infotech.v1i2.66.

Paluet, Yuliana, Dian Apryostan, Julince Taludek, Nosvin Batombukan, and Runi Toikene. “Peluang Wirausaha Gereja Berbasis Digital.” YONG DEI: JURNAL MAHASISWA STT STAR’S LUB, 2023. https://doi.org/10.35909/jyd.v1i1.10.

Setyarini, Dewi, and Aji Suseno. “Aktualisasi Dan Paradigma Misi Gembala Sidang Terhadap Digital Misi.” Matheteuo: Religious Studies 2, no. 1 (2022): 23–32.

https://doi.org/10.52960/m.v2i1.106.

Siahaan, Harls Evan R. “Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era Digital.” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2018): 23-38.

Simon, Simon, and Yonatan Alex Arifianto. “Kerukunan Umat Beragama Dalam Bingkai Iman Kristen Di Era Disrupsi.” Literasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Dan Inovasi 1, no. 1 (2021): 35–43. https://doi.org/10.58466/literasi.v1i1.28.

Sugiono, Sugiono, and Mesirawati Waruwu. “Peran Pemimpin Gereja Dalam Membangun Evektifitas Pelayanan Dan Pertumbuhan Gereja Di Tengah Fenomena Era Disrupsi.” Didasko: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1, no. 2 (2021): 111–22.

Sulistyo, Eko, Talizaro Tafonao, and Septerianus Waruwu. “Memahami Peran Generasi Dalam Tonggak Kepemimpinan: Menavigasi Tantangan Dan Peluang Gereja Di Era Digital Sebagai Bagian Dari Relevansi Pelayanan.” Jurnal Ilmiah Multidisiplin 1, no. 2 (February 1, 2024): 87–105. https://doi.org/10.62282/juilmu.v1i2.87-105.

Umrati, and Hengki Wijaya. Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam Penelitian Pendidikan.

Sulawesi Selatan: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020.

Waruwu, Yamotani, and Kornelius Gulo. “Kontribusi Hamba Tuhan Terhadap Dinamika Pertumbuhan Gereja Masa Kini.” PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan 15, no. 1 (2024): 82–90.

[1] Simon Simon and Yonatan Alex Arifianto, “Kerukunan Umat Beragama Dalam Bingkai Iman Kristen Di Era Disrupsi,” Literasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Dan Inovasi 1, no. 1 (2021): 35–43, https://doi.org/10.58466/literasi.v1i1.28.

[2] Rumondang Lumban Gaol and Resmi Hutasoit, “Media Sosial Sebagai Ruang Sakral: Gereja Yang Bertransformasi Bagi Perkembangan Spiritualitas Generasi Z Dalam Era Digital,” KENOSIS:  Jurnal Kajian Teologi 7, no. 1 (June 2021): 146–72, https://doi.org/10.37196/KENOSIS.V1I1.284.

[3] Helen Farida Latif et al., “Digitalisasi Sebagai Fasilitas Dan Tantangan Modernisasi Pelayanan Penggembalaan Di Era Pasca-Pandemi: Refleksi Teologi Kisah Para Rasul 20:28,” KHARISMATA:

Jurnal Teologi Pantekosta 4, no. 2 (2022): 296–311, https://doi.org/10.47167/kharis.v4i2.132.

[4] Irpan, “Tugas Gembala Pada Gereja Virtual Reality,”  : Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen, 2022.

[5] Latif et al., “Digitalisasi Sebagai Fasilitas Dan Tantangan Modernisasi Pelayanan

Penggembalaan Di Era Pasca-Pandemi: Refleksi Teologi Kisah Para Rasul 20:28.”

[6] Umrati and Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam Penelitian Pendidikan (Sulawesi Selatan: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020).

[7] Harls Evan R. Siahaan, “Aktualisasi Pelayanan Karunia Di Era Digital.” EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani 1, no. 1 (2018): 23-38. Bdk. Susanto Dwiraharjo, “Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online di Masa Pandemi Covid-19. EPIGRAPHE: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani, 4 (1), 1.” (2020).

[8] Sugiono and Mesirawati Waruwu, “Peran Pemimpin Gereja Dalam Membangun Evektifitas Pelayanan Dan Pertumbuhan Gereja Di Tengah Fenomena Era Disrupsi,” Didasko: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1, no. 2 (2021): 111–22.

[9] Yamotani Waruwu and Kornelius Gulo, “Kontribusi Hamba Tuhan Terhadap Dinamika

Pertumbuhan Gereja Masa Kini,” PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan 15, no. 1 (2024): 82–90.

[10] F. Budi. Hardiman, “Manusia dalam prahara revolusi digital.” Diskursus-Jurnal Filsafat Dan Teologi Stf Driyarkara 17, no. 2 (2018): 177-192.

[11] Eko Sulistyo, Talizaro Tafonao, and Septerianus Waruwu, “Memahami Peran Generasi

Dalam Tonggak Kepemimpinan: Menavigasi Tantangan Dan Peluang Gereja Di Era Digital Sebagai Bagian Dari Relevansi Pelayanan,” Jurnal Ilmiah Multidisiplin 1, no. 2 (February 1, 2024): 87–105, https://doi.org/10.62282/juilmu.v1i2.87-105.

[12] Yonatan Alex Arifianto, Aji Suseno, and Paul Kristiyono, “Aktualisasi Misi Dalam Pluralisme Agama-Agama Di Era Disrupsi,” Xairete: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 (2021): 1–14, http://sttkai.ac.id/e-journal/index.php/xairete/article/view/1.

[13] Yahya Afandi, “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi ‘Digital Ecclesiology,’” FIDEI:

Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika 1, no. 2 (2018): 270–83, https://doi.org/10.34081/fidei.v1i2.12.

[14] Yeremia Hia and Elfin Warnius Waruwu, “Dampak Teknologi Digital Terhadap Pewartaan Injil Dalam Konteks Menggereja,” Phronesis: Jurnal Teologi Dan Misi 6, no. 2 (2023): 178–92, https://doi.org/10.47457/phr.v6i2.395.

[15] Susanto Dwiraharjo, “Konstruksi Teologis Gereja Digital: Sebuah Refleksi Biblis Ibadah Online Di Masa Pandemi Covid-19,” Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani EPIGRAPHE 4, no. 1 (2020):

[16] Yonatan Alex Arifianto, Carolina Etnasari Anjaya, and Andreas Joswanto, “Kajian Teologis

Atas Konsep Otoritas Dalam Matius 25:14-30 Dan Refleksinya Bagi Kepemimpinan Gereja Era Digital,” CHARISTHEO: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 2, no. 2 (2023): 167–80, https://doi.org/10.54592/jct.v2i2.114.

[17] Yuliana Paluet et al., “Peluang Wirausaha Gereja Berbasis Digital,” YONG DEI : JURNAL MAHASISWA STT STAR’S LUB, 2023, https://doi.org/10.35909/jyd.v1i1.10.

[18] Yahya Afandi, “Gereja Dan Pengaruh Teknologi Informasi ‘Digital Ecclesiology.,’” FIDEI:  Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika 1, no. 2 (2018): 270–83.

[19] Margareta Margareta and Romi Lie, “Pelayanan Misi Kontekstual Di Era Masyarakat

Digital,” Jurnal Ilmu Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 4, no. 1 (2023): 44, https://doi.org/10.25278/jitpk.v4i1.842.

[20] Priscillia Diane Joy Joseph and Fredik Melkias Boiliu, “Peran Pendidikan Agama Kristen Dalam Penggunaan Teknologi Pada Anak,” Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan 3, no. 4 (2021): 2037–45, https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i4.1115.

 

[21] Frengklin Matatula and Michael Jhonsons, “Penerapan Liturgy Berbasis Online Di Gereja

Kalimantan Evangelis Jemaat Yerusalem Palangkaraya Menggunakan Metode Cobit,” INFOTECH :

Jurnal Informatika & Teknologi 1, no. 2 (2020): 87–96, https://doi.org/10.37373/infotech.v1i2.66.

[22] Paulus Kunto Baskoro and Yonatan Alex Arifianto, “Pentingnya Komunitas Sel Dalam

Pertumbuhan Gereja: Sebuah Permodelan Dalam Kisah Para Rasul,” MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan Kristen 2, no. 2 (2021): 86–98, https://doi.org/10.52220/magnum.v2i2.87.

[23] Frimus Kennedy Hendarwin and Yugih Setyanto, “Media Sosial Sebagai Penjalin Hubungan Antara Gereja Dan Jemaat,” Kiwari, 2023, https://doi.org/10.24912/ki.v2i3.25892.

[24] Dewi Setyarini and Aji Suseno, “Aktualisasi Dan Paradigma Misi Gembala Sidang Terhadap

Digital Misi,” Matheteuo: Religious Studies 2, no. 1 (2022): 23–32, https://doi.org/10.52960/m.v2i1.106.

[25] Reinhard Berhitu, “Peran Gereja Dalam Aktualisasi Amanat Agung Bagi Msyarakat Di Era Dunia Digital,” Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen) 4, no. 2 (2022): 204–12, https://doi.org/10.59177/veritas.v4i2.158.

0 Komentar

Beri Komentar

Balasan

Info Sekolah

Sekolah Tinggi Teologi Katharos Indonesia Bekasi

NSPN : 20404xxx
Jl. Raya Cut Mutiah No. 44, Cut Mutiah Plaza Blok A3 No. 4-5 Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113
TELEPON Telp. 021-88357173.
EMAIL info@sttkatharos.com
WHATSAPP +62 822-2033-3225

No Rekening a/n : STT KATHAROS INDONESIA

No Rekening a/n : STT KATHAROS INDONESIA 013901089227505 BANK BRI
Tim Staf dukungan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja!
//
Costumer Services
Paulus
Online
//
Costumer Services
Martin
Online
//
Costumer Services
Hermanus
Online