Rabu, 12-11-2025
  • Selamat datang di Sekolah Tinggi Teologi Katharos Indonesia Jl. Raya Cut Mutiah No. 44, Cut Mutiah Plaza Blok A3 No. 4-5 Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113. Telp. 021-88357173.

Analisis Konsep Tritunggal Allah dan Implikasinya Berdasarkan Injil Yohanes

Diterbitkan : - Kategori : Uncategorized

 

Analisis Konsep Tritunggal Allah dan Implikasinya

Berdasarkan Injil Yohanes

 Ditulis Oleh Djonny Pabisa

Mahasiswa Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Teologi Katharos Indonesia

 

Abstraksi

Konsep Tritunggal Allah, merujuk kepada Allah sebagai satu DDMMYY esensi dalam tiga Pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus, telah Disetujui :  menjadi subjek perdebatan sepanjang sejarah Kristen. Meskipun doktrin ini secara umum diterima secara luas dalam kekristenan,  Dipublikasikan namun interpretasi dan pemahamannya seringkali bervariasi di  antara berbagai denominasi dan tradisi Kristen.  Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan analisis teks meliputi seleksi teks, analisis teks, penafsiran dan konteks tologis, dan kajian literatur yang relevan. Aplikasi berbasis Artificial Intelligence juga digunakan sebagai alat bantu dalam mengekstrak dan menganalisis esensi dari informasi yang diperoleh. Hasilnya,  konsep Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes, menegaskan adanya satu Allah yang eksis dalam tiga Pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ketiga pribadi berbeda namun setara dan sama dalam esensi dan keilahian. Ketiga pribadi saling berinteraksi dan saling berelasi satu sama lain dalam cara yang tidak dapat dipahami oleh manusia karena dilakukaan menurut caraNYA Allah yang tidak dapat dijelaskan dengan akal manusia. Implikasi pemahaman tentang prinsip Tritunggal Allah membuka perspektif baru tentang bagaimana kita dapat berinteraksi dan bekerja bersama dalam berbagai aspek kehidupan kita. Meski kita berbeda, kita saling terkait dan membutuhkan satu sama lain. Seperti Tritunggal Allah, kita bisa bekerja bersama dalam harmoni, saling mendukung, dan mencapai tujuan yang lebih besar bersama-sama.

Kata kunci: Tritunggal, Tiga Pribadi, Injil Yohanes.

ABSTRACT

The concept of the Trinity, referring to God as one essence in three Persons: the Father, the Son, and the Holy Spirit, has been a subject of debate throughout Christian history. Although this doctrine is widely accepted in Christianity, its interpretation and understanding often vary among different Christian denominations and traditions. The type of research used is qualitative with a text analysis approach including text selection, text analysis, interpretation and theological context, and a study of relevant literature. Artificial Intelligence-based applications are also used as tools in extracting and analyzing the essence of the information obtained. The result is, the concept of the Trinity in the  Gospel of John, affirming the existence of one God who exists in three Persons: the Father, the Son, and the Holy Spirit. The three persons are distinct but equal and the same in essence and divinity. They interact and relate to each other in ways that cannot be understood by humans because they are carried out according to God’s incomprehensible ways. The implication of understanding the principle of the Trinity opens a new perspective on how we can interact and work together in various aspects of our lives. Although we are different, we are interconnected and need each other. Like the Trinity, we can work together in harmony, supporting each other, and achieving greater goals together.  

Keywords: Trinity, Three Persons, Gospel of John.

PENDAHULUAN

Injil Yohanes sebagai Injil Keempat dalam Kanon Perjanjian Baru, merupakan salah satu paling esensial dan unik dalam corpus teks-teks Kristen. Injil ini diklaim ditulis oleh Yohanes, seorang murid dekat Yesus dan dianggap sebagai bagian integral dari keempat Injil yang berada dalam kanon Alkitab Kristen. Berita dalam Injil Yohanes sangat menonjol dalam teologi Kristen karena pendekatannya yang unik dan mendalam terhadap kehidupan dan ajaran Yesus. Tidak seperti Injil sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas) yang lebih fokus pada aspek historis dan kronologis kehidupan Yesus, Injil Yohanes cenderung lebih spiritual dan teologis dalam penjelasannya. Dalam Injil ini, Yesus sering kali digambarkan dalam kualitas ilahi dan mesianis yang kuat, yang mendukung pengenalanNya sebagai Anak Allah (Comfort, 2015).

Pentingnya Injil Yohanes dalam teologi Kristen terletak pada pengungkapan karakteristik dan hakikat Yesus sebagai Allah dan Anak Allah. Sejumlah pernyataan dan peristiwa penting dalam kehidupan Yesus, seperti “Aku adalah jalan, kebenaran, dan hidup” (Yohanes 14:6) dan dialog dengan Nikodemus tentang kelahiran kembali (Yohanes 3), hanya terdapat dalam Injil Yohanes. Selain itu, Injil Yohanes juga memberikan penekanan khusus pada relasi antara Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang menjadi landasan konsep Tritunggal Allah dalam ajaran kekristenan.

Konsep Tritunggal Allah, yang merujuk kepada Allah sebagai satu esensi dalam tiga Pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus, telah menjadi subjek perdebatan sepanjang sejarah Kristen. Meskipun doktrin ini secara umum diterima secara luas dalam kekristenan, namun interpretasi dan pemahamannya seringkali bervariasi di antara berbagai denominasi dan tradisi Kristen. Perbedaan pemahaman ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk interpretasi teologis, konteks budaya, dan sejarah gereja. Ada denominasi gereja yang menonjolkan kesejajaran dan persamaan antara ketiga Pribadi tersebut, sementara ada pula yang lebih menekankan fungsi dan peran yang berbeda dari setiap Pribadi dalam rencana keselamatan (Hill, 2016). Selain itu, ada juga perdebatan tentang bagaimana mengartikulasikan misteri Tritunggal Allah dalam bahasa manusia, dan bagaimana memahami hubungan internal antara tiga Pribadi.

Melalui tulisan ini, penulis berupaya untuk mengeksplorasi beberapa pertanyaan penting dari perdebatan tentang konsep Tritunggal Allah tersebut yakni bagaimana konsep Tritunggal Allah digambarkan dalam Injil Yohanes?, bagaimana relasi antara Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus dijelaskan dan ditampilkan dalam Injil Yohanes?, apa peran dan fungsi masing-masing pribadi dalam Tritunggal Allah (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) dalam narasi Injil Yohanes?, dan bagaimana pemahaman Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes berkontribusi terhadap pemahaman yang lebih luas tentang Tritunggal Allah dalam teologi Kristen? Analisis terhadap teks-teks tertentu dalam Injil Yohanes dan mengevaluasi bagaimana teks-teks tersebut mempresentasikan konsep Tritunggal Allah, diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan mendalam tentang pemahaman Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes dan kontribusinya terhadap pemahaman yang lebih luas tentang doktrin Tritunggal Allah dalam teologi Kristen dan dapat memberikan pandangan yang berharga serta pemahaman yang mendalam dan lebih baik tentang ajaran dan konsep Tritunggal Allah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif (Swinton, J., & Mowat, 2016) melalui pendekatan analisis teks sebagai metode penelitian utama. Pendekatan ini melibatkan kajian mendalam terhadap teks Alkitab dan pemahaman konteksnya untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konsep Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes (Beutler, 2018). Langkah-langkah yang dilakukan penulis meliputi: 1) seleksi teks dimana teks-teks spesifik yang berkaitan dengan konsep Tritunggal Allah dipilih dengan cermat, diidentifikasi dan diseleksi ayat-ayat, pernyataan, dan peristiwa yang relevan, 2) analisis teks  dimana teks-teks yang terpilih kemudian dianalisis secara mendalam dengan menggunakan metode eksegesis dan hermeneutika untuk memahami konteks linguistik, historis, dan teologis dari teks-teks tersebut, 3) penafsiran dan konteks tologis dimana hasil analisis teks diterjemahkan ke dalam kerangka pemahaman teologis yang lebih luas. Ini melibatkan pemahaman terhadap konsep Tritunggal Allah dalam tradisi dan ajaran Kristen, serta membandingkan dengan pemahaman yang ditemukan dalam Injil Yohanes, dan 4) kajian literatur mencakup kajian literatur yang relevan, termasuk penafsiran dan studi sebelumnya tentang Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes. Selain itu, peneliti juga memanfaatkan aplikasi ChatGPT-AI sebagai alat bantu dalam mengekstrak dan menganalisis esensi dari informasi yang diperoleh (Russell, S., & Norvig, 2016) tentang konsep Tritunggal Allah berdasarkan Injil Yohanes.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep Tritunggal Allah

Injil Yohanes adalah salah satu sumber teks Alkitab yang memberikan pandangan mendalam mengenai konsep Tritunggal Allah, yang terdiri dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Di dalam Injil ini, hubungan antara ketiga entitas ini digambarkan secara eksplisit, memberikan landasan kuat untuk doktrin Tritunggal Allah. Hubungan antara Bapa dan Anak, atau Yesus, adalah tema dominan yang ada di seluruh Injil Yohanes. Sejak awal, kita mendapatkan gambaran tentang kedudukan Yesus sebagai Tuhan. Dalam Yohanes 1:1-2, Firman, atau Yesus, dinyatakan sebagai sama dengan Tuhan. “Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah” demikian bunyi ayat tersebut. Ayat ini memberikan gambaran yang jelas bahwa Yesus, sebagai Anak, memiliki sifat Ilahi yang sama dengan Bapa. Ungkapan “pada mulanya” menunjukkan bahwa Firman telah ada sejak sebelum penciptaan, menegaskan kekekalan Firman (Yesus) dan keilahian-Nya. Dalam konteks ini, “pada mulanya” juga mengacu pada keberadaan Allah Bapa, sebagai bagian dari Tritunggal Allah, juga telah ada sejak sebelum penciptaan. Firman itu bersama-sama dengan Allah: frasa ini menunjukkan bahwa Firman (Yesus) dan Allah Bapa ada bersama-sama dalam hubungan erat dan harmonis sejak awal. Mereka berbeda dalam entitas, tetapi bersama dalam esensi dan keilahian. Dalam hal ini, “Allah” dalam konteks ayat ini merujuk pada Allah Bapa. Firman itu adalah Allah: pernyataan ini menegaskan bahwa Firman (Yesus) memiliki sifat dan esensi yang sama dengan Allah Bapa, menegaskan keilahian-Nya. Meskipun ada perbedaan entitas antara Allah Bapa dan Firman, keduanya tetap satu dalam esensi, keilahian, dan kekekalan (Erickson, 2015). Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah: kalimat ini mengulangi dan memperkuat konsep bahwa Firman (Yesus) dan Allah Bapa telah bersama-sama sejak sebelum penciptaan, menunjukkan kekekalan, keilahian, dan hubungan erat antara keduanya. Dengan demikian, Yohanes 1:1-2 menjelaskan keberadaan Allah Bapa melalui hubungan erat antara Allah Bapa dan Firman (Yesus). Ayat ini menegaskan kekekalan, keilahian, dan keesaan Allah Bapa dan Firman dalam Tritunggal Allah.

Konfirmasi lebih lanjut tentang persatuan antara Bapa dan Anak dapat ditemukan dalam Yohanes 10:30, di mana Yesus sendiri mengumumkan, “Aku dan Bapa adalah satu.” Pernyataan ini membawa penekanan pada realitas bahwa meski ada distingsi antara Bapa dan Anak dalam Tritunggal Allah, mereka bukanlah dua entitas terpisah, tetapi satu dalam esensi dan substansi  (Ortberg, 2014). Injil Yohanes juga membahas tentang Roh Kudus, bagian ketiga dari Tritunggal Allah. Dalam Yohanes 14:26, Yesus berbicara tentang Roh Kudus sebagai ‘Pembela’, yang akan diajarkan dan diingatkan oleh Bapa atas segala sesuatu. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus, meski berbeda dalam Pribadi, tetap berada dalam kesatuan dengan Bapa dan Anak.

Dalam Yohanes 15:26, Yesus berbicara tentang Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Nya, “Tetapi apabila datang Penolong itu, yang akan Kusuruh dari Bapa, yaitu Roh Kebenaran, yang keluar dari Bapa, Ia akan memberi kesaksian tentang Aku.” Ini menunjukkan interaksi dinamis antara ketiga Pribadi Tritunggal Allah, dengan Bapa mengutus Roh Kudus dan Roh Kudus memberikan kesaksian tentang Anak. Kemudian, dalam Yohanes 16:13-15, Yesus memberikan lebih banyak penjelasan tentang peran Roh Kudus. Ia menegaskan bahwa Roh Kudus, sebagai Roh Kebenaran, akan membimbing orang-orang percaya ke dalam segala kebenaran dan akan memberitakan apa yang akan datang. Selain itu, Roh Kudus akan memuliakan Anak dan akan mengambil apa yang ada pada Anak. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus bekerja dalam kesatuan dengan Bapa dan Anak, dan memiliki tujuan dan esensi yang sama.

Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Allah, yang meyakinkan manusia tentang dosanya (menginsyafkan manusia) dan yang mendiami hati orang yang percaya, memperanakkan/melahirkan Kembali (lahir baru), membaptis, memateraikan, menerangi, melindungi, mengaruniai, mengajar, menghibur, menolong, dan menguatkan orang yang diselamatkan. Roh Kudus membantu umat manusia untuk mengerti kebenaran firman Allah dan menyatukan mereka dengan Bapa dan Anak (Purnama, 2018). Roh Kudus diakui sebagai pribadi Allah yang sama dengan Bapa dan Anak. Yohanes 14:16-17 menyatakan, “Dan Aku akan meminta kepada Bapa, dan

Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, karena dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia; tetapi kamu mengenal Dia, karena Ia tinggal bersama-sama dengan kamu dan akan ada di dalam kamu”. Hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah pribadi yang akan menyertai orang percaya selama-lamanya dan memiliki sifat kebenaran, Menunjukkan pula bagaimana Bapa akan mengutus Roh Kudus atas permintaan Yesus. Selain itu, Yohanes 15:26 menggambarkan bagaimana Roh Kudus akan bersaksi tentang Yesus, menegaskan hubungan antara ketiga pribadi tritunggal Allah (Koo, 2017).

Injil Yohanes tidak hanya membahas Tritunggal Allah dalam hal hubungan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tetapi juga menyoroti aspek misi Tritunggal Allah dalam proses penyelamatan umat manusia. Dalam hal ini, Yohanes memberikan gambaran yang unik tentang bagaimana Bapa, Anak, dan Roh Kudus bekerja sama dalam harmoni untuk mencapai tujuan penyelamatan. Konsep Tritunggal Allah yang unik ini tampak dalam Yohanes 3:16-17, di mana disebutkan bahwa Bapa mengirim AnakNya ke dunia untuk menyelamatkan dunia, bukan untuk menghakimi dunia. Ini menunjukkan bahwa Bapa, sebagai bagian dari Tritunggal Allah, memiliki peran aktif dalam misi penyelamatan.

Dalam Yohanes 14:16-17 dan Yohanes 16:7-15 merinci peran Roh Kudus dalam proses penyelamatan. Roh Kudus diutus oleh Bapa atas nama Anak untuk berada bersama orang-orang percaya dan memberikan bimbingan kepada mereka. Dalam konteks ini, Roh Kudus digambarkan sebagai “Pembela” atau “Penolong” (Yohanes 14:16, 26), yang mengajar dan mengingatkan orang-orang percaya akan segala yang telah Yesus ajarkan. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus, sebagai bagian dari Tritunggal Allah, juga memiliki peran penting dalam misi penyelamatan (Silalahi, 2019).

Konsep Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes, menegaskan adanya satu Allah yang eksis dalam tiga Pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ketiga pribadi bersamasama membentuk satu kesatuan dalam esensi dan keilahian, serta tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam tujuan ketiga Pribadi tersebut (Marbun, 2021). Melalui Injil Yohanes, kita dapat melihat bagaimana setiap Pribadi Tritunggal Allah: Bapa, Anak, dan Roh Kudus terlibat dalam misi penyelamatan. Ketiga Pribadi tersebut melakukannya  dalam kesatuan dan harmoni, dan masing-masing memiliki peran unik dalam proses penyelamatan.

Relasi antara Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus

Memahami relasi antara Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam Injil Yohanes memberikan wawasan yang berharga tentang Trinitas dalam teologi Kristen. Injil Yohanes memberikan beberapa pernyataan penting mengenai relasi antara ketiga entitas tersebut. Di awal Injil Yohanes, dalam Yohanes 1:1-3, penulis memaparkan relasi antara Allah Bapa dan Anak. Firman itu bersama-sama dengan Allah. Dalam bahasa Yunaninya Λόγος ν πρς τν Θεόν (ho Logos ēn pros ton Theon). Frasa ini menjelaskan keterlibatan beberapa aspek, seperti pemahaman kata “πρς(pros) dan bagaimana menjelaskan hubungan antara Logos dan Allah Bapa. Kata “πρς” (pros) dalam bahasa Yunani Koine biasanya diterjemahkan sebagai “ke arah”, “menuju”, atau “bersama dengan”. Dalam konteks Yohanes 1:1, penggunaan “πρς” menunjukkan hubungan yang lebih dalam dan aktif antara Logos dan Allah Bapa. Kata ini menekankan bahwa Logos tidak hanya ada di dekat Allah tetapi juga terlibat dalam hubungan yang saling berinteraksi.

Dalam doktrin Trinitas, Allah dipahami sebagai satu esensi yang ada dalam tiga “pribadi” atau “hipostasis”: Bapa, Anak (Yesus Kristus), dan Roh Kudus. Ketiga “pribadi” ini saling berinteraksi dan saling berelasi satu sama lain dalam cara-cara yang tidak dapat dipahami oleh manusia. Ketiga “pribadi” saling berinteraksi dan saling berelasi satu sama lain menurut caraNYA Allah yang tidak dapat dijelaskan dengan akal manusia. Dalam konteks hubungan yang saling berinteraksi antara Yesus dan Allah Bapa berdasarkan Yohanes pasal 1 ayat 1, menggambarkan hubungan yang erat dan saling berinteraksi antara Yesus dan Allah Bapa. Hubungan ini mencakup kesatuan, keberadaan bersama, dan kedaulatan bersama, serta saling mendukung dalam pencapaian tujuan ilahi (Bauckham, 2017). Kesatuan, menunjukkan bahwa Yesus (Firman) dan Allah Bapa selalu bersama-sama sejak awal. Mereka memiliki hubungan yang erat dan tidak terpisahkan, yang mencerminkan kesatuan mereka dalam esensi dan keberadaan. Keberadaan Bersama, menekankan bahwa Yesus dan Allah Bapa ada bersama-sama sebelum penciptaan dunia. Ini menunjukkan bahwa hubungan mereka bukan hanya berdasarkan interaksi fisik atau verbal, tetapi juga melibatkan kehadiran yang saling melengkapi dan kebersamaan yang abadi. Kedaulatan bersama, menegaskan bahwa Yesus, sebagai Firman, adalah Allah. Ini menandakan bahwa keduanya memiliki kedaulatan dan otoritas yang sama dalam menjalankan kehendak ilahi. Dalam hubungan yang saling berinteraksi ini, Yesus dan Allah Bapa bekerja sama untuk menciptakan, memelihara, dan menebus dunia. Disini, Yesus digambarkan sebagai ‘Firman’ (Logos) yang ada sejak awal bersama dengan Allah, dan adalah Allah sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa Yesus, Anak Allah, ada sejak awal dan bekerja sama dengan Bapa dalam penciptaan. Yesus bukan hanya sekedar utusan Bapa, tetapi ia dan Bapa adalah satu dalam esensi.

Roh Kudus juga memiliki peran penting dalam Injil Yohanes. Dalam Yohanes 14:16-17, Yesus berbicara tentang Roh Kudus sebagai “Pembela Lain” yang akan diberikan Allah Bapa. Roh Kudus, disebut juga sebagai Roh Kebenaran, akan tinggal bersama pengikut-pengikut Yesus dan akan ada di dalam mereka. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus, meski berbeda dari Bapa dan Anak, memiliki keberadaan dan fungsi yang sama-sama vital dalam komunitas pengikut Kristus (Marbun, 2021). Dalam Yohanes 15:26, Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “Penolong” yang akan dikirim oleh Bapa dalam nama Yesus. Roh Kudus akan bersaksi tentang Yesus, menunjukkan adanya kerjasama dan persatuan antara tiga “pribadi” tersebut. Sedangkan dalam Yohanes 16:13-15, Yesus berbicara tentang bagaimana Roh Kudus tidak akan berbicara atas nama-Nya sendiri, tetapi akan mengambil apa yang ada pada Yesus dan Bapa dan memberitahukannya kepada pengikut-pengikut Yesus. Ini menunjukkan bagaimana Roh Kudus membawa dan menyampaikan kebenaran yang berasal dari Bapa dan Anak.

Injil Yohanes menawarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang relasi antara Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus melalui berbagai bagian lainnya dari teks tersebut. Pada Yohanes 10:30, Yesus mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu.” Ayat ini menunjukkan kesatuan esensi antara Bapa dan Anak, dan mendorong pengertian bahwa Allah Bapa dan Anak, meski dua ‘orang’ yang berbeda, adalah satu dalam esensi dan tujuan. Begitu juga, dalam Yohanes 14:9, Yesus berkata kepada salah seorang muridnya, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Ini menunjukkan bahwa melalui Yesus, karakter dan esensi Allah Bapa terungkap sepenuhnya. Yesus, sebagai Anak, mencerminkan dan mengekspresikan penuh esensi dan karakter Allah Bapa.

Mengenai Roh Kudus, Yesus menjelaskan dalam Yohanes 16:7, “Namun Aku berkata kepadamu, bahwa baiklah bagimu, jika Aku pergi. Sebab jika Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jika Aku pergi, Aku akan mengutus Dia datang kepadamu.” Disini, Roh Kudus digambarkan sebagai Penghibur yang dikirim oleh Yesus setelah Dia pergi. Roh Kudus datang untuk mendukung, memandu, dan memberdayakan pengikut Yesus, menunjukkan bahwa Roh Kudus berbagi dalam misi yang Allah Bapa berikan kepada Yesus.

Dalam semua hal ini, Injil Yohanes menunjukkan bagaimana Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus berinteraksi dan bekerja sama dalam cinta, tujuan, dan misi yang saling melengkapi. Meski masing-masing memiliki peran dan fungsi yang unik, ketiga Pribadi tetap daan terus bekerja secara harmoni dalam persatuan yang sempurna, menunjukkan gambaran indah dari Trinitas dalam teologi Kristen.

Peran dan fungsi Masing-Masing Pribadi dalam Tritunggal Allah (Bapa, Anak, dan Roh Kudus)

Injil Yohanes memperlihatkan peran dan fungsi Bapa sebagai pencipta dan pengarah supremasi. Hal ini terlihat dalam Yohanes 1:3 yang menyatakan, “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”. Dalam ayat ini, “Dia” merujuk kepada ‘Logos’ atau Firman, yang dikaitkan dengan Yesus dalam konteks Yohanes 1, tetapi juga mencakup peran Bapa sebagai pencipta dan pemelihara segala sesuatu. Bapa juga dilihat sebagai pengirim Yesus ke dunia (Yohanes 3:16), menunjukkan peran-Nya sebagai perencana dan inisiator keselamatan manusia.

Bapa, dalam posisi-Nya sebagai otoritas tertinggi, memantau dan mengendalikan semua rencana dan tujuan ilahi. Dalam Yohanes 5:19-20, Yesus berbicara tentang bagaimana Dia tidak melakukan apa pun dari diri-Nya sendiri, tetapi hanya apa yang Dia lihat Bapa lakukan. Ini menunjukkan bahwa Bapa memberikan petunjuk dan arahan kepada Anak. Lebih lanjut, dalam Yohanes 17:1-5, Yesus berdoa kepada Bapa, meminta penghormatan dan kemuliaan yang telah dijanjikan, memperkuat ide bahwa Bapa memiliki peran pengaturan dalam rencana keselamatan.

Peran Anak, atau Yesus Kristus, digambarkan dengan sangat detail dalam Injil Yohanes. Dia adalah ‘Logos’ atau Firman yang menjadi daging dan tinggal di antara kita (Yohanes 1:14), merujuk kepada inkarnasi Yesus sebagai manusia. Dia adalah penampilan nyata dari Bapa dan melalui-Nya, kita bisa mengenal Bapa (Yohanes 14:9). Dia juga disebut sebagai pengajar dan penyampaian kebenaran (Yohanes 14:6). Yesus diperankan sebagai pelayan (Yohanes 13:1-17) dan sebagai pengorbanan (Yohanes 19:30), mewakili peran-Nya dalam memberikan diri sebagai korban yang sempurna untuk menebus dosa manusia.

Yesus, Anak, adalah pengungkap Bapa. Seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 1:18, “Tak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang telah menjelaskannya.” Yesus bukan hanya memperlihatkan karakter dan sifat Allah, tetapi Dia juga mematuhi kehendak dan rencana Allah. Dia adalah pewarta kerajaan Allah (Yohanes 18:36), dan dengan demikian, Dia melakukan pekerjaan penting dalam membangun hubungan antara umat manusia dan Allah.

Roh Kudus memiliki peran penting dalam Injil Yohanes. Dia disebut sebagai ‘Pembela’, ‘Penghibur’, atau ‘Pembimbing’ (Yohanes 14:16, 26; 15:26; 16:7). Roh Kudus memberikan kebenaran dan pemahaman tentang Yesus dan pekerjaan-Nya (Yohanes 16:13-15). Dia hadir untuk mendukung dan menghibur orang-orang percaya setelah Yesus naik ke surga, dan untuk melanjutkan pekerjaan Yesus di bumi.

Roh Kudus, dalam Injil Yohanes, berfungsi sebagai pembawa kebenaran dan kehidupan. Dia adalah pembimbing dan penolong bagi umat percaya, seperti yang ditunjukkan dalam Yohanes 14:26, “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada kamu dan akan mengingatkan kamu akan segala sesuatu yang telah Kukatakan kepadamu.” Roh Kudus juga membangkitkan dan memberdayakan umat percaya (Yohanes 3:5-8; 20:22), memberikan mereka kekuatan dan semangat untuk menjalani kehidupan Kristiani.

Injil Yohanes memberikan perspektif yang mendalam tentang bagaimana Tritunggal Allah berfungsi dalam harmoni sempurna, memanifestasikan keunikan dan kebaruan dalam hubungan intrinsik mereka. Dalam Yohanes 10:30, Yesus mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu.” Ini adalah pernyataan yang mengejutkan dan revolusioner, menggambarkan suatu kesatuan esensi antara Bapa dan Anak yang belum pernah diungkapkan sebelumnya (Beutler, 2018).

Pernyataan ini menyoroti hubungan intim antara Bapa dan Anak, yang memperluas pemahaman kita tentang Tuhan. Ini juga menunjukkan bagaimana Bapa dan Anak bekerja sama dalam misi penyelamatan mereka. Misalnya, dalam Yohanes 6:38, Yesus mengatakan, “Karena Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Ini menunjukkan peran Yesus sebagai pengabdi kepada kehendak Bapa, menegaskan kesatuan dan kerjasama dalam Tritunggal Allah.

Roh Kudus juga memainkan peran yang unik dalam kerangka ini. Dalam Yohanes 16:13-14, Yesus menjelaskan bahwa Roh Kudus akan memandu umat percaya ke dalam semua kebenaran dan akan memuliakan Yesus. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus bukan hanya bekerja untuk memandu dan memperkuat umat percaya, tetapi juga untuk mengungkapkan dan memuliakan Yesus. Ini memberikan dimensi yang lebih dalam pada peran Roh Kudus, menunjukkan bagaimana Dia bekerja dalam keseimbangan sempurna dengan Bapa dan Anak. Hal  lain yang unik dalam Injil Yohanes adalah bagaimana Roh Kudus, sebagai “Penghibur” atau “Pembimbing”, berada di dalam setiap orang percaya (Yohanes 14:16-17). Kehadiran ini menciptakan suatu hubungan langsung dan intim antara Tuhan dan umat-Nya, dan ini adalah suatu peristiwa yang belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah agama (Jey J. Kanagaraj, 2017).

Dengan demikian, melalui lensa Injil Yohanes, kita melihat konsep Tritunggal Allah sebagai sebuah keunikan dalam pemahaman tentang Tuhan. Sementara masing-masing pribadi dalam Tritunggal Allah memiliki peran dan fungsi mereka sendiri, mereka saling melengkapi dan bekerja bersama dalam harmoni sempurna. Injil Yohanes menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus masing-masing memiliki peran dan fungsi yang unik dalam tujuan keselamatan dan pengenalan

Allah. Bapa    merencanakan             dan      memerintah;    Anak   menjalankan    dan mengungkapkan; dan Roh Kudus mengajar dan memberdayakan. Meski memiliki peran dan fungsi yang berbeda, mereka tetap satu dalam esensi dan tujuan, bekerja bersama dalam kesatuan sempurna demi memenuhi rencana Allah yang indah.

Pada intinya, dalam Injil Yohanes, Bapa, Anak, dan Roh Kudus semuanya berfungsi dalam kerangka kasih dan tujuan keselamatan. Bapa merencanakan dan memulai; Anak menjalankan dan memenuhi; dan Roh Kudus mengungkapkan dan mengaplikasikan. Dalam konteks kekinian, ketiga Pribadi dalam Tritunggal Allah bekerja bersama-sama dalam harmoni sempurna untuk mewujudkan tujuan ketiga Pribadi yang bersatu: keselamatan manusia dan kemuliaan Allah itu sendiri.

Kontribusi Pemahaman Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes terhadap Tteologi Kristen

Pemahaman mengenai Tritunggal Allah – Bapa, Anak, dan Roh Kudus – sebagai satu esensi merupakan bagian integral dari teologi Kristen. Konsep ini, meski tidak secara eksplisit diuraikan dalam Injil Yohanes, namun ditemukan dalam berbagai implikasi yang mendalam dan berdampak signifikan terhadap teologi Kristen. Selain itu, Yohanes juga memberikan penekanan yang kuat pada peran dan hubungan setiap entitas dalam Tritunggal Allah.

Pertama, Injil Yohanes membuka pemahaman mengenai natur Anak dalam Tritunggal Allah melalui konsep ‘Logos’ atau Firman. Yohanes 1:1 menyatakan, “Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah.” Penggunaan istilah “Firman” mengacu pada Yesus Kristus, yang secara esensial adalah bagian dari Allah dan eksis sejak awal waktu (Bauckham, 2017). Ini memperjelas bagaimana Yesus Kristus, sebagai Anak, merupakan bagian dari esensi Allah dan bukan sekadar makhluk yang diciptakan.

Kedua, Injil Yohanes juga menggarisbawahi hubungan antara Bapa dan Anak, yang keduanya merupakan bagian dari Tritunggal Allah. Misalnya, dalam Yohanes 14:9, Yesus berkata kepada Filipus, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Ayat ini menegaskan bahwa Yesus dan Bapa adalah satu, namun mereka tetap sebagai entitas yang berbeda dalam Tritunggal Allah (Hurtado, 2015). Ini menggambarkan suatu hubungan yang unik dan misterius antara Bapa dan Anak dalam konteks Tritunggal Allah.

Ketiga, peran Roh Kudus dalam Tritunggal Allah ditekankan dalam Injil Yohanes. Misalnya, dalam Yohanes 14:26, Yesus berbicara tentang Roh Kudus yang akan diajarkan oleh Bapa kepada murid-murid-Nya. Roh Kudus ini dikatakan akan mengajarkan segala hal dan mengingatkan mereka tentang apa yang telah Yesus katakan. Ini menunjukkan peran Roh Kudus sebagai penghibur dan guru, yang beroperasi dalam kerangka kerja Tritunggal Allah dan memfasilitasi kehadiran dan pekerjaan Yesus dan Bapa dalam kehidupan umat Kristen (Thompson, 2015).

Injil Yohanes menawarkan pemahaman yang berharga tentang bagaimana Tritunggal Allah beroperasi dalam dunia. Yesus, sebagai Anak, secara aktif berpartisipasi dalam misi penyelamatan Allah. Ia melakukan ini tidak atas nama-Nya sendiri, melainkan atas nama Bapa-Nya, sebagaimana terlihat dalam Yohanes 5:19, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Anak tidak dapat berbuat sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa berbuat itu.” Ini menggambarkan bahwa dalam Tritunggal Allah, ada kerjasama dan bukan independensi. Setiap anggota Tritunggal Allah bekerja dalam harmoni dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama mereka.

Selain itu, Yohanes 15:26 membahas tentang Roh Kudus yang dikirim oleh Yesus dari Bapa: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa atas nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan mengingatkan kamu akan segala yang telah Kukatakan kepadamu.” Ayat ini menggarisbawahi kerjasama dalam Tritunggal Allah, dimana Roh Kudus beroperasi dalam misi Yesus dan Bapa. Hal ini juga memperkuat gagasan tentang komunitas ilahi yang saling melengkapi dan saling mendukung satu sama lain (Thompson, 2015).

Oleh karena itu, Injil Yohanes secara signifikan berkontribusi terhadap pemahaman dan penafsiran Tritunggal Allah dalam teologi Kristen. Meski konsep Tritunggal Allah mungkin tampak abstrak dan sulit dipahami, namun melalui lensa Yohanes, kita dapat melihat bagaimana Tritunggal Allah bekerja dalam konteks relasional dan misional.

Konsep Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes mempengaruhi teologi Kristen dalam banyak hal. Misalnya, pemahaman tentang Yesus sebagai Anak yang menjadi bagian dari esensi Allah berdampak pada pemahaman Kristen tentang inkarnasi dan penebusan. Selain itu, peran Roh Kudus dalam mendukung dan memfasilitasi pekerjaan Bapa dan Anak membantu memahami bagaimana Allah bekerja dalam dunia dan dalam kehidupan individu (O’Day, G. R., & Hylen, 2018).

Kontribusi Injil Yohanes terhadap pemahaman Tritunggal Allah di dalam teologi Kristen adalah melalui penekanan pada kesatuan esensi antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus, serta peran dan hubungan masing-masing entitas. Ini membantu dalam pengembangan doktrin Tritunggal Allah yang lebih mendalam dan kaya dalam teologi Kristen.

Implikasi

Konsep Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes memiliki implikasi mendalam tidak hanya dalam pemahaman teologis, tetapi juga dalam kehidupan praktis dan berbagai bidang pekerjaan. Dalam kehidupan pribadi orang percaya, konsep Tritunggal Allah memberikan gambaran tentang hubungan yang harmonis dan saling ketergantungan. Sama seperti Bapa, Anak, dan Roh Kudus saling bekerja sama dan mendukung satu sama lain dalam misi penyelamatan, demikian pula orang percaya diajak untuk menghargai dan menjalankan hubungan, kerjasama, dan saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, persahabatan, maupun komunitas gereja.

Konsep Tritunggal Allah bisa menjadi inspirasi dalam berbagai konteks pekerjaan. Misalnya, di tempat kerja, Tritunggal Allah bisa menjadi model untuk kerjasama dan harmoni dalam tim. Sebagaimana Bapa, Anak, dan Roh Kudus bekerja bersama dalam misi penyelamatan, anggota tim juga diajak untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Masing-masing anggota tim, seperti Personifikasi dalam Tritunggal Allah, memiliki peran unik yang harus mereka mainkan dan mereka harus saling mendukung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Konsep Tritunggal Allah juga memiliki implikasi dalam konteks kepemimpinan. Seperti Bapa yang mengutus Anak dan Roh Kudus, pemimpin diajak untuk memberikan otonomi kepada anggota tim mereka dan memberikan sumber daya dan bimbingan yang mereka butuhkan untuk sukses. Ini mengajak pemimpin untuk mengadopsi gaya kepemimpinan yang lebih kolaboratif dan efektif. Dalam bidang konseling dan pelayanan rohani, konsep Tritunggal Allah bisa sangat berarti. Roh Kudus sebagai ‘Penolong’ atau ‘Pembela’ bisa menjadi model bagi konselor atau pendeta dalam membantu dan mendukung orang lain. Mereka diajak untuk belajar dari Roh Kudus tentang bagaimana mendengarkan, menghibur, dan membimbing orang lain melalui tantangan dan krisis dalam hidup mereka.

Konsep Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes, saat diterapkan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan profesi, membawa pemahaman baru yang dapat memperkaya cara kita berinteraksi dan bekerja bersama. Misalnya, dalam pendidikan, prinsip Tritunggal Allah bisa mendorong kolaborasi dan hubungan yang lebih mendalam antara guru, siswa, dan orang tua. Sama seperti Bapa, Anak, dan Roh Kudus bekerja bersama untuk misi penyelamatan, guru, siswa, dan orang tua dapat bekerja bersama untuk misi pendidikan. Setiap pihak memiliki peran yang unik, namun semuanya penting dan saling terkait.

Dalam bidang kesehatan, prinsip Tritunggal Allah dapat mendorong kerjasama antara pasien, dokter, dan perawat. Sama seperti Tritunggal Allah, pasien, dokter, dan perawat harus bekerja sama untuk mencapai tujuan kesehatan pasien. Setiap pihak memiliki peran yang berbeda, namun semua peran itu penting dan saling mendukung. Dalam hubungan interpersonal, Tritunggal Allah bisa menjadi model untuk relasi yang sehat. Hubungan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus, meski mereka berbeda, ditandai dengan cinta, penghormatan, dan kerjasama. Ini bisa menjadi model bagi kita dalam membangun hubungan kita dengan orang lain.

Pada semua konteks seperti yang telah diuraikan, prinsip-prinsip itu mengajarkan kita bahwa meskipun manusia berbeda satu sama lain, baik dalam hal kepribadian, bakat, keahlian, atau latar belakang, kita tetap saling terkait dan membutuhkan satu sama lain. Perbedaan tidak harus memisahkan kita, melainkan membuat kita unik dan penting dalam komunitas kita. Sama seperti Tritunggal Allah, kita diajak untuk bekerja bersama dalam harmoni, saling mendukung, dan mencapai tujuan yang lebih besar bersama-sama. Baik itu dalam konteks keluarga, pekerjaan, atau komunitas, kita dipanggil untuk menghargai dan memanfaatkan perbedaan kita dalam mencapai tujuan bersama.

Prinsip Tritunggal Allah, yang mencerminkan hubungan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus, juga menjadi contoh penting tentang bagaimana perbedaan individual dapat menyatu dalam harmoni untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Ini mendorong kita untuk memandang perbedaan bukan sebagai halangan, tetapi sebagai sumber kekuatan dan potensi untuk pertumbuhan dan perkembangan bersama. Misalnya, dalam organisasi atau tim, perbedaan dalam kemampuan dan keahlian setiap anggota tim bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Sebaliknya, seperti dalam Tritunggal Allah, perbedaan ini harus dihargai dan dimanfaatkan. Setiap anggota tim memiliki peran yang unik dan penting yang, saat digabungkan dengan peran anggota tim lainnya, dapat mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin dicapai oleh satu individu saja.

Prinsip Tritunggal Allah juga mempertegas perlunya saling mendukung dan kerjasama. Dalam konteks ini, kita tidak hanya belajar untuk menerima dan menghargai perbedaan, tetapi juga untuk saling mendukung dan bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Sama seperti Bapa, Anak, dan Roh Kudus saling mendukung dan bekerja bersama dalam misi penyelamatan, demikian juga kita diajak untuk saling mendukung dan bekerja bersama dalam berbagai konteks kehidupan kita.

Kontribusi pemahaman Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes dapat dilihat dalam pemahaman tentang bagaimana Allah berhubungan dengan umat manusia dan dunia. Dalam hubungan ini, kita melihat bagaimana setiap anggota Tritunggal Allah memiliki peran yang unik namun saling melengkapi dalam mencapai tujuan ilahi. Melalui Injil Yohanes, kita dapat memahami bagaimana Tritunggal Allah bekerja dalam kehidupan kita sehari-hari dan bagaimana kita dapat menjalin hubungan yang lebih dalam dengan Allah melalui Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Secara keseluruhan, pemahaman tentang prinsip Tritunggal Allah membuka perspektif baru tentang bagaimana kita dapat berinteraksi dan bekerja bersama dalam berbagai aspek kehidupan kita. Meski kita berbeda, kita saling terkait dan membutuhkan satu sama lain. Seperti Tritunggal Allah, kita bisa bekerja bersama dalam harmoni, saling mendukung, dan mencapai tujuan yang lebih besar bersamasama.

KESIMPULAN

Konsep Tritunggal dalam Injil Yohanes menggambarkan eksistensi satu Allah dalam tiga Pribadi: Bapa, Anak (Yesus Kristus), dan Roh Kudus. Meskipun ketiga Pribadi ini berbeda, mereka adalah satu dalam esensi, tujuan, dan keilahian. Injil Yohanes menjelaskan bagaimana Bapa, Anak, dan Roh Kudus berinteraksi dan bekerja bersama dalam harmoni dalam misi penyelamatan umat manusia. Setiap Pribadi memiliki peran yang unik, namun semuanya berfungsi dalam kesatuan dan harmoni.

Dalam Injil Yohanes, Allah Bapa, Anak (Yesus Kristus), dan Roh Kudus dipahami sebagai satu esensi yang eksis dalam tiga Pribadi atau hipostasis yang berbeda. Mereka saling berinteraksi dan bekerja sama dalam kasih dan tujuan yang saling melengkapi. Bapa dan Anak ada bersama sejak awal, menunjukkan hubungan yang erat dan tak terpisahkan. Roh Kudus memiliki peran yang sama pentingnya, mendukung dan memberdayakan pengikut Yesus. Injil Yohanes menunjukkan bagaimana tiga Pribadi dalam Trinitas berfungsi dalam harmoni sempurna, mencerminkan keragaman dan persatuan dalam esensi Allah.

Peran dan fungsi Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam Tritunggal Allah dilakukan dengan cara yang mendalam dan unik. Ketiga pribadi walaupun berbeda, namun selalu bekerja bersama dalam harmoni sempurna untuk tujuan keselamatan manusia dan kemuliaan Allah. Konsep Tritunggal Allah dalam Kekristenan bukanlah tentang tiga Allah yang terpisah, melainkan tentang tiga pribadi yang berbeda dalam satu esesnsi keilahian, setara, tidak ada yang lebih rendah, dan  selalu harmonis dalam mewujudkan tujuan Ilahi.

Konsep Tritunggal Allah dalam Injil Yohanes – Bapa, Anak, dan Roh Kudus – mengajarkan tentang hubungan harmonis, kerjasama, dan saling ketergantungan. Prinsip ini memiliki implikasi yang mendalam di berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan interpersonal, pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan kepemimpinan. Setiap individu diajarkan untuk menghargai perbedaan, bekerja sama, dan saling mendukung dalam mencapai tujuan bersama. Kesatuan dalam perbedaan dan kerjasama yang terdapat dalam konsep Tritunggal Allah menjadi inspirasi dan model bagi hubungan dan kerjasama dalam berbagai konteks kehidupan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Bauckham, R. (2017). Jesus and the God of Israel: God Crucified and Other Studies on the

New Testament’s Christology of Divine Identity. William B. Eerdmans Publishing Company.

Beutler, J. (2018). Trinity in John.” In The Oxford Handbook of Johannine Studies, (Judith M. Lieu, Martinus C. de Boer, dan Jörg Frey (ed.)). Oxford University Press.

Comfort, P. W. (2015). The Origin of the Bible. Tyndale House Publishers.

Erickson, M. J. (2015). Christian Theology. Baker Academic.

Hill, J. H. (2016). The Trinity: Understanding God’s love, his plan of salvation, and Christian relationships with One Another. Zondervan.

Hurtado, L. W. (2015). Destroyer of the gods: Early Christian Distinctiveness in the Roman World. aylor University Press.

Jey J. Kanagaraj. (2017). The Holy Spirit in the Gospel of John: A Study in Christology and Pneumatology. Wipf and Stock Publishers.

Koo, Y. J. (2017). The Role of the Holy Spirit in John 15:26. Journal of the Evangelical Theological Society, 60(1), 33–48.

Marbun, J. S. (2021). Roh Kudus dan Kebenaran: Sebuah Refleksi Teologis. BPK Gunung Mulia.

O’Day, G. R., & Hylen, S. E. (2018). John. Westminster John Knox Press.

Ortberg, J. R. (2014). Who Is This Man?: The Unpredictable Impact of the Inescapable Jesus. Zondervan.

Purnama, Y. (2018). Peran Roh Kudus dalam Kehidupan Orang Percaya. Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF.

Russell, S., & Norvig, P. (2016). Artificial Intelligence: A Modern Approach. Pearson.

Silalahi, H. T. (2019). Teologi Roh Kudus: Memahami dan Mengalami Karya Roh Kudus. BPK Gunung Mulia.

Swinton, J., & Mowat, H. (2016). Practical Theology and Qualitative Research. (second Edi). SCM Press.

Thompson, M. M. (2015). The God of the Gospel of John. William B. Eerdmans Publishing Company.

 

 

0 Komentar

Beri Komentar

Balasan

Info Sekolah

Sekolah Tinggi Teologi Katharos Indonesia Bekasi

NSPN : 20404xxx
Jl. Raya Cut Mutiah No. 44, Cut Mutiah Plaza Blok A3 No. 4-5 Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113
TELEPON Telp. 021-88357173.
EMAIL info@sttkatharos.com
WHATSAPP +62 822-2033-3225

No Rekening a/n : STT KATHAROS INDONESIA

No Rekening a/n : STT KATHAROS INDONESIA 013901089227505 BANK BRI
Tim Staf dukungan kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja!
//
Costumer Services
Paulus
Online
//
Costumer Services
Martin
Online
//
Costumer Services
Hermanus
Online